Bukan Infrastruktur, Kubu Prabowo: Yang Penting Makan Daging

TEMPO.COJakarta - Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Gamal Albinsaid, mengkritik solusi infrastruktur yang ditawarkan oleh pasangan calon presiden nomor urut o1 Jokowi - Ma'ruf Amin.
Kritik Gamal yang disampaikan melalui cuitan di Twitter melalui akun @dr. Gamal Albinsaid berisi perumpamaan negara dengan keluarga. "Ibarat kita keluarga di sebuah rumah, Ayah kita bilang, "Nak, Kita ndak usah bangun jalan dulu, Kita ndak usah berhutang dulu, Yang penting, Kamu makan daging minum susu, Kita punya uang berobat, Sanitasi kita perbaiki, Air minum kamu aman, Kamu sekolah tinggi jadi orang pintar," seperti dikutip dari cuitannya, Selasa, 26 Februari 2019.
Postingan itu juga disertai dengan video berdurasi 1 menit. Video itu sudah ditonton hingga 259 ribu kali. Sementara postingan Gamal hingga kini telah berkembang viral karena disukai oleh 11.000 orang dan dikomentari oleh 1.600 orang. Tak hanya itu, cuitan Gamal di-retweet sebanyak 4.400 kali.
Salah satu netizen, Yohanes Gultom mempertanyakan cuitan Gamal tersebut. "Tanpa mengurangi rasa hormat, dok: spy daging & susu murah jg butuh jalur distribusi yg efisien. Kirim guru & dokter jg butuh jalur transportasi. Kampanye yg mengeksploitasi emosi spt ini tdk mendidik," ujarnya seperti dikutip dari cuitan @yohanesgultom.
Ada juga Fajar Putranto yang menyanggah cuitan Gamal karena kebutuhan infrastruktur mendesak agar bisa memberi akes ke sejumlah sarana kesehatan. "Tapi ayah, bagaimana aku minum air yang bersih kalo pipa2 air saja tidak menjangkau rumah kita?? Bagaimana aku makan daging minum susu kalau yang berjualan hanya di kota2 karena jalanan dan jembatan ke kampung kita rusak parah?? Bagaimana aku sekolah, kalau bangunannya rusak??" katanya seperti dikutip dari @fajarDputra.
Selang sehari kemudian Gamal kembali menyampaikan cuitannya. "Membangun jalan tol memang penting, tapi jangan lupakan makanan dan gizi untuk mengatasi kelaparan dan stunting, kesehatan untuk masyarakat kita, improved sanitation, dan air minum yang aman. Ini soal skala prioritas. Terima kasih Bang @budimandjatmiko. Senang bisa berdiskusi," ujarnya seperti dikutip dari akun @dr. Gamal Albinsaid, Rabu, 27 Februari 2019. 
Cuitan yang juga menanggapi pertanyaan Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Budiman Sudjatmiko itu hingga kini telah dikomentari sebanuak 219 orang. Tak hanya itu, cuitan tersebut juga disukai oleh 2.130 orang dan di-retweet hingga 884 kali. 
Bersamaan dengan cuitan itu, Gamal mengunggah sejumlah infografik. Infografik pertama mengetengahkan tiga masalah stunting di Indonesia. Ada grafik batang soal Prevalensi Balita Stunting Nasional yang trennya menunjukkan kenaikan dari tahun 2014 hingga 2018.
Angkanya berkisar 27,5 persen hingga 30,8 persen. Selain itu ada grafik batang soal Prevalensi Balita Stunting Nasional yang trennya menunjukkan kenaikan dari tahun 2014 hingga 2018. Angkanya berkisar 27,5 persen hingga 30,8 persen.
Ada juga infografik soal dampak stunting terhadap penurunan PDB 3 persen dan kerugian ekonomi hingga mencapai Rp 300 triliun. Ada juga dampak buruk stunting yang di antaranya menurunkan IQ 11 poin serta menurunkan pendapatan 22 persen. Infografik tersebut disarikan dari data Kementerian Kesehatan, TNP2K, World Bank, Bappenas.
Pada infografik berikutnya, Gamal menampilkan daftar negara ASEAN dengan proporsi populasi yang memiliki akses ke sanitasi yang lebih baik (improved sanitation) pada tahun 2017. Indonesia berada di peringkat ke-10 dengan jumlah populasi 67,9 persen, atau di bawah negara-negara seperti Filipina, Laos, Kamboja. Infografik ini didasarkan pada data ASEANstats, 2018.
Sementara pada infografik ketiga, dipaparkan soal proporsi populasi dengan askes air minum yang aman. Indonesia berada di posisi ke-0 dengan populasi 72 persen atau di atas Kamboja yang angkanya mencapai 64,8 persen. Adapun sumber data untuk infografik itu adalah ASEANstats, 2018.
Sedangkan pada infografik terakhir ada perbandingan peringkat indeks kelaparan global Indonesia dari tahun 2016 hingga 2018. Pada tahun 2016 indeks di angka 21,9, lalu naik pada 2017 ke angka 22 dan pada tahun 2018 angkanya turun ke 21,9. Artinya, kelaparan di Indonesia berada pada level serius. Sumber data untuk infografik itu adalah Global Hunger Index, 2014-2018.
Sumber:Tempo.co
Share:

Recent Posts